Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (6)

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, Sejarah Suppa Tanah Dewatae, PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga, Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah, Kerajaan Sawitto dalam Lintas Sejarah, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Istana Kerajaan Sawitto, PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Jejak Ulama Pinrang Diawal Abad XX, Gurutta Abdul Latif - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Idwar Anwar
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (6).

c. Tahap ketiga 

ADAPUN islamisasi pada tahap ketiga merupakan proses lanjutan dari proses islamisasi tahap pertama dan kedua. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya pada bagian pendahuluan bahwa agama Islam masuk di Sulawesi Selatan dan menjadi agama resmi kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah ini terjadi pada abad ke XVII M. Islamisasi pada tahap ketiga ini dimulai pasca kedatangan tiga tokoh penyebar Islam dari Tanah Minangkabau, Kota Tengah Sumatera Barat (Anonim, Lontarak Sukkuna Wajo., no date, p. 43).

Meskipun kehadiran pedagang pedagang Islam di wilayah ini jauh sebelum abad ke XVII M. yang ditandai dengan adanya orang-orang Islam yang bermukim di sekitar Somba Opu, Siang, Bacukiki Suppa, Sawitto dan sekitarnya, serta berbagai daerah pesisir pantai yang menjadi lalu-lintas perdagangan pada masanya. Namun, Islam baru dianut oleh para raja lokal pada abad XVII M. 

Islamisasi di Sulawesi Selatan secara umum dan Ajatappareng secara khusus pada tahap ini dibawa oleh tiga tokoh muballigh dari Minangkabau Sumatera Barat yaitu: 

Pertama, Abdul Makmur bergelar Khatib Tunggal, karena meninggal di kampung Bandang (dareah kota Makassar sekarang) maka masyarakat menggelarinya Datuk ri Bandang. 

Kedua, Sulaeman bergelar Datuk Sulung, beliau meninggal di daerah Luwu khususnya di Kampung Pattimang maka digelarlah Datuk Pattimang. 

Ketiga, Abdul Jawad bergelar Khatib Bungsu, beliau meninggal di daerah Bulukumba yakni di sebuah tempat bernama Tiro, maka digelarlah Datuk ri Tiro. 

Latar belakang kedatangan ketiga ulama penyebar Islam dari Minangkabawu tersebut dilatar belakangi oleh kekhawatiran orang-orang Melayu yang telah bermukim di berbagai daerah pesisir di Sulawesi Selatan akan masuknya Kristen raja-raja setempat karena kedatangan orang-orang Portugis dan bangsa Eropa lainnya di daerah setempat yang menjadi saingan orang-orang Melayu dalam berdagang dan dalam menyebarkan agama. 

Maka dari itu, orang-orang Melayu yang telah berukim di daerah Sulawesi-Selatan berinisiatif mengundang mereka. Hal tersebut tercatat dalam Lontara’ sebagai berikut: 

Malajué mapeddi’ atinna mmitai Mangkasa’ Ogié dé’napa maselleng nasamanna maélo Kayésuiteng\ afa’ iyaro wettué bangsa Paretugise’é sibawa siagaé bangsa Eropa laing naengka mémeng toni ri Hindiya mabbalu. (Dkk., 1985, p. 176) 

Artinya: Orang Melayu risau hatinya melihat orang Makassar dan Bugis belum Islam, seakan-akan mereka (Bugis-Makassar) hendak masuk Kristen, karena pada saat itu bangsa Portugis dan bangsa Eropa lainnya telah datang ke Hindia untuk berdagang. Ketiga orang muballigh tersebut dalam menjalankan misi dakwahnya dalam menyiarkan agama Islam di Sulawesi Selatan dan berhasil mengislamkan raja Gowa sebagai satu kerajaan yang berpengaruh di Sulawesi Selatan. Peristiwa tersebut tercatat dalam Lotara’ Bilang Gowa Tallo’ sebagai berikut:

Hera 1603 

Hijaraka sannak 1015 

22 Satemberek 9 Jumadelek awalak, 

malam Jumak 

Namantama Islaam karaenga rua 

sisarikbattang. (Kamaruddin dkk,1985:8). 

Artinya: 

1603 

1015 

22 Sepetember 9 Jumadil Awal, 

malam Jumat 

Masuk Islam karaeng (raja) dua bersaudara. 


Sebelumnya... Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (5) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)

Sumber: Ahmad Yani, Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, dimuat di PUSAKA (Jurnal Khazanah Keagamaan) Vol. 8, No. 2, November 2020, hlmn.  191-210. Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar.

****

(Lontarak Akkarungeng Sawitto. (no date). 

Andaya, Y. L. (2004) The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in yhe Seventeenth Century, terj. Nurhadi Simorok: Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17. Makassar: Ininnawa. 

Anonim, Lontarak Alitta. (no date). 

Anonim, Lontarak Sukkuna Wajo. (no date). 

Bathuthah, M. bin A. R. I. B. fi G. Al-A. and Al-Asfaar., wa ‘A’jaim (2012) Muhammad Muchson & Khalifurrahan, Rihlah Ibnu Bathuthah Momoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan. Jakarta: Al Kautsar. 

Dkk., K. (1985) Pengkajian Transliterasi dan Terjemahan Lontarak Bilang Raja Gowa-Tallok (Naskah Makassar). Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan La Galigo, 19985/1986. 

Fahimah Ilyas, H. (2011) Lontaraq Suqkuna Wajo; Telaah Ulang Awal Islamisasi di Wajo. Tangerang Selatan: LSIP . 

Latif, A. (2014) Para Penguasa Ajattappareng Suatu Refleksi Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Ombak. 

Lontarak Rol 02 No. 02. (no date). Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 

Pelras, C. (2006) The Bugis. Manusia Bugis. : terj. Abdul Rahman Abu dkk.,. Jakarta-Paris: Nalar bekerjasama dengan Forum. 

Rahim, H. A. R. (2011) Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Yogyakarta: OMBAK. 

Saprillah. (2014) Pengabdian Tanpa Batas: Biografi Anregurutta Haji Abdul Malik Muhammad. Makassar: Zahadaniva Publishing. 

Sewang, A. M. (2005) Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII. Jakarta.: Yayasan Obor. Tim Penyusun. (no date) 

Citra Pare-Pare Dalam Arsip. Makassar. 2014: : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2014. 

Wardiah, H. (2017) ‘Peran Orang Arab Dalam Pendidikan Keagamaan di Kabupaten Maros’, Pusaka, 8. 

Wardiah, H. (2019) ‘Genelogi Intelektual Ulama Awal Abad XX di Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng Sulawesi Selatan’, SMaRT, 5. 

Yani, A. (2014) ‘Pertemuan Sawerigading dengan Nabi Muhammad’, Shautul Adab. 

Yunus, A. R. (2015) “Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya Bugis)”. Rihlah.