Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (3)
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (3).
KERAJAAN BATULAPPA diperintah oleh seorang raja yang bergelar Arung dan memegang kekuasaan tertinggi. Dipilih dan diberhentikan oleh anggota hadat. Jabatan raja adalah saka baka artinya keturunan yang diperhitungkan dari garis keturunan ayah dan ibu.
Anggota hadat Kerajaan Batulappa terdiri atas seorang Sulewatang dan dua orang Pabbicara (arung Lampa dan pabbicara Kalau'). Menurut kebiasaan adat, mereka inilah yang dipercaya mempunyai kekuasaan yang diakui untuk atas nama rakyat dapat memberhentikan dan mengangkat seorang raja di Kerajaan Batulappa. Kepala-kepala bawahan adalah para gnllarang-gallarang dan jannnng-jannang. Mereka dipilih oleh penduduk kampung, oleh hadat diangkat dan diberhentikan dari jabatannya.
Puncak kejayaan Kerajaan Batulappa ditandai dengan luasnya daerah yang dikuasai dan dipengaruhi. Hubungannya dengan daerah lain pun semakin luas dan meningkat. Salah satu hubungan erat yang dapat diketengahkan di sini adalah hubungannya dengan Kerajaan Passokkorang dan Kerajaan Balanipa di Mandar.
Disebutkan bahwa raja Passokkorang kawin dengan salah seorang putri dari Kerajaan Batulappa (tidak disebutkan siapa nama putri itu, begitu juga siapa nama raja Passokkorang). Suatu ketika putri raja Passokkorang pulang ke Kerajaan Batulappa yang ditemani oleh pengawalnya, namun ketika melewati wilayah Kerajaan Binuang, raja Binuang ingin memperkosanya karena melihat kecantikan wajahnya.
Hal ini dilaporkan kepada Raja Batulappa ketika anak itu telah tiba. Mendengar ceritera anaknya itu, maka raja Batulappa merasa tersinggung dan marah sehingga mengajak menantunya yaitu raja Passokkorang untuk menghukum Kerajaan Binuang.
Kerajaan Binuang lalu diserang secara bersama yang mengakibatkan Kerajaan Binuang kalah sehingga negerinya dibakar habis oleh Kerajaan Batulappa dan Passokkorang.
Wilayahnya kemudian dibagi, penduduknya menjadi bagian dari Kerajaan Batulappa dan wilayahnya menjadi bagian dari Kerajaan Passokkorang.
Pasca beralihnya Kerajaan Binuang di bawah kendali Kerajaan Batulappa, itu berarti raja Binuang dan rakyatnya harus mengabdi kepada Kerajaan Batulappa. Pengabdian itu secara otomatis mengharuskan Kerajaan Binuang harus memberikan upeti kepada raja Batulappa setiap tahun.
Pertuanan Kerajaan Binuang kepada Kerajaan Batulappa mengakibatkan Kerajaan Batulappa semakin maju dan penghidupan masyarakatnya semakin makmur.
Sementara itu, melihat kenyataan yang cukup menggembirakan itu, maka pihak Kerajaan Gowa juga berniat mengambil alih pertuanan itu dari tangan Kerajaan Batulappa. Hal ini tentu tidak terlalu sulit bagi Kerajaan Gowa untuk mengambil alih pertuanan Kerajaan Binuang mengingat Kerajaan Batulappa adalah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa (Azis Syah, 1994,Iilid I, hlm.15-17).
Sebelumnya... Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (2) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)
Sumber: Rosdiana Hafid, (2012). Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah. Makassar: La Macca.
****
Abduh, Muh. dkk., 7985. Sejarah Pulawanan Terhndap lmperialisme dan Kolonialisme di Sulnuesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Abduh, Muh. dkk., 7985. Ceritera Rakyat Sulawesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Asba, A.Rasyid.2010. Kerajaan Nepo: Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis, Di Kabupaten Barru. Jokyakarta: Ombak.
Asba,A.Rasyid. Gerakan Sosial di Tanah Bugis; Raja Tanete La Patau Menantang Belanda. Jokyakarta: Ombak.
Anonim, 1989. Selayang Pandang Kabupaten Pinrang. Pinrang: Pemda Tingkat II.
Cindy Adam. Bung Knrno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesin. Jakarta: Jambatan
Danasasmita, Saleh, 1983-1984. Rintisan P enelusur an Masa Silam Sejarah lawa Barat, Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemda Jawa Barat.
Gising, Basrah. 2002. Sejarah Kuajaan Tanete. Makassar: Samajaya.
Gonggrijp, G, 1949. Sejarah Sosial Ekonomi Hindia Belanda (terjemahan).
Harahap, Parada. 7952. Rangkaian Tanah Air Tornja. Bandung : W. Van Hoeve.
Hamid, Pananrangi. 1986. Dampak Modernisasi Terhndap Hubungan Kekerabatan Dnerah Sulawesi Selatan. Jakarta : Depdikbud.
Hamida, Sitti. 1996. Sejarah Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja.
Kartakusumah, Richardiana, 1990. Prasasti-Prasasti Galuh Pakuan di laut Barat Abad ke 14-16 Masehi. Naskah Seminar Galuh II. Bandung: Tasikmalaya.
Kobong, dkk. 1983. Filsafat Hidup Orang Toraja. Ujung Pandang : Institut Theologia Gereja Toraja.
Kila, Syahrir. 1997. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik lndonesia (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Kila, Syahrir. 7998. Sejarah Islam di Pinrang (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Poelinggomang, Edward,L. 2005. Sejarah Tanete; Dari Agangnionjo Hingga Kabuputen Barru. Pemerintah Kabupaten Barru (laporan penelitian).
Poelinggomang, Edward, L. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Pemda Sulawesi Selatan kerjasama Balitbangda.
Rasyid, Darwas. 7995. Sejarah Daerah Kabupaten Bnrru. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Swastiwi, Anastasia Wiw ik. 2010. Toponimi Daerah Natuna. Tanjung Pinang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tiadisional.
Walinono, Hasan. Tanete; Suatu Studi Sosiologi Politik. Ujung Pandang : Disertasi Doktor pada Pasca-sarjana Universitas Hasanuddin.