Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga (1)

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga, Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah, Kerajaan Sawitto dalam Lintas Sejarah, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Istana Kerajaan Sawitto
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga (1).

DESA LETTA adalah salah satu desa atau kampung yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Letaknya sangat jauh dan terpencil di atas pegunungan bagian utara Kabupaten Pinrang. Demikian diungkapkan Rosdiana Hafid, (2012) dalam bukunya Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah.

Penduduk desa ini semuanya beragama Islam. Kendatipun letaknya yang terpencil di atas pegunungan, namun pendidikan masyarakatnya hampir sama dengan pendidikan masyarakat yang ada di sekitarnya yang secara administratif wilayahnya jauh lebih strategis dibandingkan Desa Letta. Sampai sekarang akses jalan menuju desa ini belum tembus bagi kendaraan roda empat, mungkin butuh waktu sepuluh tahun ke depan baru akses ini bisa tembus. 

Mata pencaharian utama penduduk kampung ini adalah bertani lahan miring dan petani kemiri. Sekalipun daerah ini terletak di atas pegunungan, namun areal persawahan cukup luas yang dimiliki oleh penduduk. 

Sawah-sawah penduduk dicetak miring (teras) sesuai dengan kondisi wilayah yang bergunung-gunung. Kadang-kadang satu petak sawah hanya dapat ditanami dua baris padi yang sejajar, hal ini disebabkan karena bentuk sawah penduduk memanjang dan bertingkat. Kalau padi pada petak bagian atas rebah, maka sawah bagian bawah bisa sampai empat petak tertutupi oleh padi yang rubuh. 

Itulah sebabnya pada zaman Kerajaan Letta terkenal sebagai tanah subur sehingga apabila padinya rubuh, maka dua atau tiga petak sawah dapat tertutupi oleh padi yang rubuh itu. Berdasarkan kenyataan itu, maka raja Bone berminat mengambil bibit padi dari Letta yang terkenal itu untuk ditanam di wilayah Kerajaan Bone. 

Utusan pun diberangkatkan ke Letta untuk me nemui penguasa setempat (Raja Letta) untuk meminta benih padi khas Kerajaan Letta.  Sesampainya di Letta, utusan dari Kerajaan Bone menyampaikan pesan Raja Bone untuk meminta benih (bine) kepada Raja Letta. 

Mendengar kata bine (isteri), maka Raja Letta tersinggung dan marah, sehingga utusan yang terdiri dari beberapa orang itu, sebagian besar dibunuh dan yang selamat kemudian kembali ke Bone melaporkan kepada Raja Bone bahwa mereka tidak diberi benih padi seperti pesan tuan. 

Raja Bone pun murka dan akhirnya menghukum Kerajaan Letta dengan jalan perang. Peperangan ini terjadi hanya karena perbedaan bahasa yaitu bahwa Raja Letta tersinggung pada waktu utusan Raja Bone meminta benih (bine) padi. Raja Letta mengira bahwa yang diminta oleh utusan Raja Bone itu adalah isterinya (binena) sehingga utusan itu dianggap kurang ajar sehingga utusan itu sebagian dibunuhnya (Wawancara La Djide, 19 Maret 2011). 

Kerajaan Letta sebelumnya adalah anggota persekutuan kerajaan Massenrempulu, akan tetapi kemudian ia keluar dari keanggotaan tersebut. Terakhir anggota persekutuan Massenrempulu terdiri dari Kerajaan Batulappa, Kassa, Duri dan Maiwa serta Enrekang. 

Kerajaan Duri adalah juga merupakan anggota dari persekutuan Tallu Batu Papan yang beranggotakan antara lain; Kerajaan Malua, Kerajaan AIla', Kerajaan Bunfubatu. Pada tahun 1685, Kerajaan Letta ditaklukkan oleh Kerajaan Bone, ketika itu Bone diperintah oleh Arung Palakka MalampeE Gemme'na. 

Ketika itu, Letta bertindak sangat gegabah karena membunuh utusan Kerajaan Bone yang berkunjung ke Kerajaan Letta. Pihak raja Bone menganggap bahwa perlakuan raja Letta itu sudah keterlaluan dan menginjak-injak harga diri rakyat dan Kerajaan Bone. 

Oleh karena persoalan itulah sehingga Kerajaan Bone menghukum Kerajaan Letta dengan jalan perang. Penaklukkan Kerajaan Letta tentu tidak dapat menahan serangan Kerajaan Bone karena serangan itu merupakan serangan gabungan dari beberapa kerajaan besar sekutunya seperti; Kerajaan Wajo, Soppeng dan Sidenreng. 

Akibatnya, raja Kerajaan Letta kalah dan harus mengakui keunggulan dan kemenangan Kerajaan Bone bersama sekutunya. Serangan ini berakibat sangat fatal karena bukan hanya Kerajaan Letta yang dihancurkan, tetapi kerajaan lain yang ada di sekitarnya juga turut dihancurkan yang kemudian dimasukkan ke dalam daerah palili (vasal staat) dari Kerajaan Sawitto (Bram Morris,1890, hlm.1). 

Sementara itu, orang-orang yang ditawan dalam pertempuran itu dinyatakan sebagai budak atau hamba yang kemudian dibagi empat oleh masing-masing raja yang membantu Kerajaan Bone. 

Sumber: Rosdiana Hafid, (2012). Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah. Makassar: La Macca.

****

Abduh, Muh. dkk., 7985. Sejarah Pulawanan Terhndap lmperialisme dan Kolonialisme di Sulnuesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 

Abduh, Muh. dkk., 7985. Ceritera Rakyat Sulawesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Asba, A.Rasyid.2010. Kerajaan Nepo: Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis, Di Kabupaten Barru. Jokyakarta: Ombak. 

Asba,A.Rasyid. Gerakan Sosial di Tanah Bugis; Raja Tanete La Patau Menantang Belanda. Jokyakarta: Ombak. 

Anonim, 1989. Selayang Pandang Kabupaten Pinrang. Pinrang: Pemda Tingkat II. 

Cindy Adam. Bung Knrno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesin. Jakarta: Jambatan 

Danasasmita, Saleh, 1983-1984. Rintisan P enelusur an Masa Silam Sejarah lawa Barat, Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemda Jawa Barat. 

Gising, Basrah. 2002. Sejarah Kuajaan Tanete. Makassar: Samajaya. 

Gonggrijp, G, 1949. Sejarah Sosial Ekonomi Hindia Belanda (terjemahan). 

Harahap, Parada. 7952. Rangkaian Tanah Air Tornja. Bandung : W. Van Hoeve. 

Hamid, Pananrangi. 1986. Dampak Modernisasi Terhndap Hubungan Kekerabatan Dnerah Sulawesi Selatan. Jakarta : Depdikbud. 

Hamida, Sitti. 1996. Sejarah Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja

Kartakusumah, Richardiana, 1990. Prasasti-Prasasti Galuh Pakuan di laut Barat Abad ke 14-16 Masehi. Naskah Seminar Galuh II. Bandung: Tasikmalaya. 

Kobong, dkk. 1983. Filsafat Hidup Orang Toraja. Ujung Pandang : Institut Theologia Gereja Toraja. 

Kila, Syahrir. 1997. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik lndonesia (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang. 

Kila, Syahrir. 7998. Sejarah Islam di Pinrang (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang. 

Poelinggomang, Edward,L. 2005. Sejarah Tanete; Dari Agangnionjo Hingga Kabuputen Barru. Pemerintah Kabupaten Barru (laporan penelitian). 

Poelinggomang, Edward, L. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Pemda Sulawesi Selatan kerjasama Balitbangda. 

Rasyid, Darwas. 7995. Sejarah Daerah Kabupaten Bnrru. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. 

Swastiwi, Anastasia Wiw ik. 2010. Toponimi Daerah Natuna. Tanjung Pinang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tiadisional. 

Walinono, Hasan. Tanete; Suatu Studi Sosiologi Politik. Ujung Pandang : Disertasi Doktor pada Pasca-sarjana Universitas Hasanuddin.