La Sinrang: Tokoh Pejuang Kemerdekaan dan Kedaulatan (5)
AKSI gerilya dari La Sinrang itu ternyata tidak dapat dipatahkan dengan tindakan militer. Oleh karena itu dalam perkembangan kemudian dipilih strategil baru, yaitu dengan menawan ayahnya, Adatuang Sawito, La Tamma dan I Makkanyuma (isteri La Sinrang) pada 25 Juli 1906. Komendan militer selanjutnya memerintahkan kepada Anre Guru La Nennung untuk menyampaikan kepada La Sinrang, agar dapat menghentikan perlawnanan. Jika terus melakukan perlawanan maka La Temma dan I Makkanyuma akan disiksa dan diasingkan.
Akibat tekanan itu, La Sinrang dengan didamping sekitar 100 pemberani memasuki kota Pinrang pada akhir Juli 1906 dengan tujuan untuk membebaskan ayah dan isterinya yang ditawan Belanda. Pada saat itulah pasukan militer Belanda langsung melakukan pengepungan dan melakukan ancaman akan membunuh dua sanderanya itu jika melakukan perlawanan.
Tampaknya ancaman itu tidak menggetarkan hati sang pejuang, sehingga pihak militer Belanda memaksakan ayahnya (La Tamma) untuk menyampaikan pesan kepada La Sinrang. Addatuang Sawitto, La Tamma, kemudian berbicara dengan La Sinrang, yang intinya adalah memohon agar puteranya tidak melakukan perlawanan karena kekuatan militer Belanda sangat kuta. Selain itu bila terus melakukan perlawanan maka ia (La Temma) dan menantunya (I Makkanyuma) akan diasingkan ke Pulau Jawa.
Akibat ancaman dan permohonan ayahnya, La Sinrang menyerahkan dirinya untuk ditawan menggantikan ayah dan isterinya. Ia kemudian dibawa ke Parepare dan selanjutnya diantar ke Makassar. Ia kemudian dijatuhi hukuman pembuangan, dan ditetampan daerah pembuangannya adalah Banyumas.
Hukuman itu diterima dan dijalani tanpa ada keinginan untuk memohon keringanan. Bagi La Sinrang, hidup dalam pemerintahan kolonial Belanda adalah sia-sia. Dampak dari penangkapan La Sinrang itu berpengaruh besar pada sikap perlawanan rakyat Sawitto, karena setelah itu tidak ada lagi berita tentang perlawanan atau aksi gerilya. Itu pertanda bahwa semua rakyat sangat mendambakan kepemimpinan La Sinrang, tokoh pemberani.
Ketika memasuki usia rentak, sekitar tahun 1938 (telah berusia 94), La Sinrang menderita sakit ketuaan dan sudah tidak berdaya lagi. Oleh karena itu, pada tahun 1938, pemerintah Hindia Belanda memulangkannya kembali ke Sawitto. Tidak berapa lama kemudian ia mengembuskan nafatnya yang terakhir pada 29 Oktober 1938.
Jenazahnya kemudin dimakamkan dalam upacara kebesaran kerajaan secara tradisional di Pemakaman Amassangang.. Perjuangannya itu selalu dikenang dan dibanggakan oleh masyarakat Sawitto pada khususnya, dan masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya sebagai tokoh patriot yang siap membantu dan berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan.
Tinjauan
Akhir
Gambaran ringkas yang dipaparkan ini menunjukan bahwa tokoh pejuang dari Sawito ini merupakan tokoh yang bergiat memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsanya. Ia dikenal tokoh yang sangat menentang kebijakan penjajahan, sama seperti tokoh-tokoh Sawitto lainnya yang terdahulu. Sebagai ilustrasi dapat ditampilkan kisah dari Addatuang Sawitto, La Cebu, yang membantu Kerajaan Bone dalam menentang tindakan aneksasi yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1859.
Akibat bantuan yang diberikan itu, maka
seuasi perang penaklukan Bone, pihak pemerintah Hindia Belanda menghukumnga
dengan memberikan surat pemecatan. Pihak pemerintah berjanji akan memberikan
pengampunan apabila bersedia datang ke Makassar. Namun permintaan itu tetap
ditolak. Akibatnya hubungan antara pihak pemerintah Hindia Belanda dengan
Kerajaan Sawitto dilakukan melalui dewan hadat kerajaan.[1]
Perjuangan La Sinrang dan sikap keras menentang
penjajahan dan berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa itu patut
diteladani. Juga sikap tidak hanya mementingkan kehidupan kemerdekaan dan
kedaukatan negerinya sendiri, dan senantiasa ikut berjuang demi kemerdekaan dan
kedaulatan negeri lainnya (membantu Raja Gowa dan Datu Suppa) menunjukan
dedikasi yang tinggi dan patut diteladani. Oleh karena itu tokoh ini patut
diberikan penghargaan sebagai seorang tokoh pejuang yang bergiat untuk
kepentingan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Sebelumnya... La Sinrang: Tokoh Pejuang Kemerdekaan dan Kedaulatan (4) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)
****
Sumber Bacaan
Sumber Arsip:
ARA, Kotak AA.205, “Memorie van Overgave van de
Gouverneur van Celebes en Onderhoorigheden, C.A. Krosen”.
ANRI, Arsip Makassar. Laporan kegiatan pasukan
ekspedisi militer 1905 di Sulawesi Selatan.
ANRI, Arsip Makassar: “Uittreksel uit het verslag van den Luitenant Christoffel van de vervolging van den vorst van Gowa.
Referensi
Bahri Majid, dkk. 2005. Sejarah Perjuangan La Sinrang (Bakka Lolona Sawitto), Pinrang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pinrang, Subdin Kebudayaan.
Kies, Ch. 1935. “De Expeditie naar Zuid Celebes in 1905”, dalam: IG (1935, Bgn I), hal. 827-830.
Kol, H. Van. 1911. Nederlandsch-Indie in de Staten general, 1897-1909, s’Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Poelinggomang, Edward L. 2004. Perubahan Politik & Hubungan Kekuasaan, 1906-1942, Yogyakarta: Ombal.
Somer, J.M., 1934. De Korte Verklaring, Breda: Corona.
Staden ten Brink, P.B. van., 1884. Zuid Celebes. Bujdragen tot de krijgsgeschiedenis en militaire Geographie, Utracht: Kemink & Zoon.
****
[1] P.B. van Staden ten Brink, Zuid Celebes. Bujdragen tot de krijgsgeschiedenis en militaire Geographie (Utracht: Kemink & Zoon, 1884), hal. 87-88.