Toponomi Kabupaten Pinrang (1)
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Toponomi Kabupaten Pinrang (1).
TERSEBUTLAH suatu peristiwa di Sawitto pada waktu pemerintahan La Paleteang Raja IV, Kerajaan Sawitto. Di mana pada waktu itu terjadi peperangan antara Sawitto dan Gowa. Perang ini terjadi karena Gowa sebagai kerajaan besar, berusaha untuk menguasai Sawitto yang kondisi dan potensinya menjanjikan setumpuk harapan.
Berbagai upaya yang telah digunakan Gowa untuk menguasai Sawitto melalui agresi sehingga terjadilah perang antara Sawitto dan Gowa sekitar Thhun 1540. Prajurit-prajurit Sawitto dengan gigih mengadakan perlawanan, dan mereka abdi kerajaan mati matian mempertahankan serta membela negerinya.
Perang ini berkesudahaan dengan kekalahan dipihak Sawitto sehingga raja La Paleteang dan isterinya dibawa lari ke Gowa dan dijadikan sebagai tawanan dikarenakan kemenangan Gowa atas Sawitto. Namun salah seorang (La Thlengo) pemberani Kerajaan Sawitto sempat melarikan diri ke Kerajaan Bone untuk melaporkan kepada raja Bone tentang kejadian yang menimpa addatuang Sawitto.
Setibanya La Talengo di Kerajaan Bone, maka ia menceriterakan tentang peristiwa yang terjadi di Kerajaan Sawitto kepada raja Bone, dan La Thlengo pun meminta pendapat beliau. Tetapi sebelum raja Bone memberikan pendapatnya, pada hari sebelumnya La Thlengo bermimpi.
Dalam mimpinya itu, ada seseorang yang menyuruhnya pergi ke pasar di Bone, untuk membeli seekor ikan pada seorang perempuan sumbing. Pagi-pagi sekali La Talengo sudah bangun, dan langsung pergi menuju ke pasar untuk mencari perempuan sumbing yang menjual ikan. Satu demi satu penjual ikan yang ada di dalam pasar diperhatikan dengan seksama sesuai petunjuk yang ada di dalam mimpinya.
Akhirnya La Talengo menemukan penjual ikan yang dimaksud itu dan ia mendekatinya. Tanpa basa basi La Talengo menawar ikan yang dijual oleh perempuan sumbing itu. Ketika penjual ikan tersebut menyebutkan harga ikan yang dijualnya, La Talengo lalu menawatnya, tetapi tawaran itu bukan untuk diturunkan harganya, tetapi malah meminta harga lebih tinggi dari harga sebenarnya.
Penjual ikan itu merasa aneh karena selama hidupnya belum pernah ada pembeli yang menawar ikan jualannya dengan harga lebih tinggi dari harga sebenarnya. Tetapi penjual ikan itu tidakmau ambil peduli tentang kejadian aneh itu, yang penting ikan jualannya laku dan mendapatkan keuntungan, demikian perasaan orang itu.
Akhirnya, penjual itu memberikan ikan yang ditawar oleh La Talengo dan ia pun membayar harga ikan itu, ia pun meninggalkan pasar Bone dan langsung kembali ke istana sambil menjinjing ikan yang dibelinya tadi.
Ketika sampai di istana, La Talengo bertemu dengan raja Bone dan heran melihat La Talengo menjinjing seekor ikan masuk istana. Raja Bone lalu bertanya kepada La Thlengo; darimana pagi-pagi sekali begini? dijawab La Talengoi saya datang jalan-jalan di pasar Bone dan membeli seekor ikan yang saya bawa ini.
Raja Bone tersinggung mendengar jawaban itu, lalu beliau menyatakan untuk apa bersusah payah membeli seekor ikan seperti itu, katakan saja apa yang kamu inginkan pasti saya penuhi semuanya.
Mendengar ucapan raja Bone itu, La Talengo lalu menceriterakan mimpinya semalam yang seakan-akan ada orang yang menyuruhnya datang ke pasar Bone unfuk membeli seekor ikan pada seorang perempuan sumbing penjual ikan. Itulah sebabnya sehingga saya membawa seekor ikan dari seorang perempuan sumbing seperti ini, karena saya menuruti perintah dalam mimpi saya itu.
Setelah raja mendengar jawaban La Thlengo beliaupun memahaminya, lalu memerintahkan kepada pembantu istana untuk menangkap ikan di kolam istana kemudian dimasak untuk dimakan oleh La Thlengo.
Sebelum ikan-ikan dari kolam istana dimasak, terlebih dahulu La Talengo membandingkan dengan ikan yang dibelinya di pasar. Ternyata ikan yang dibeli di pasar oleh La Talengo tidak sama dengan ikan yang ditangkap di kolam istana. La Talengo pun menyerahkan ikannya untuk dimasak bersama dengan ikan-ikan yang ditangkap di kolam istana.
Aneh bin ajaib, bahwa sisa-sisa ikan yang telah dibersihkan tadi jatuh ke tanah kemudian dimakan oleh ayam dan anjing akan tetapi kedua binatang tersebut tiba-tiba mati.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada raja Bone bahwa ikan-ikan tersebut tidak jadi dimasak. Adapun keanehan berikutnya adalah bahwa ikan La Talengo yang sudah dibersihkan tadi kembali kebentuknya semula.
Karena tidak jadi dimasak, maka ikan La Talengo disimpan di dalam keranjang kemudian digantung di atas istana. Keanehan lagi terjadi karena pada malam harinya, istana seolah-olah kelihatan terbakar oleh adanya cahaya yang keluar dari ikan yang tergantung di atas istana.
Pada malam berikutnya La Talengo kembali bermimpi dan disuruh kesuatu gua untuk mengambil sebilah keris dan sehelai bendera, untuk dijadikan sebagai pasangan ikan ajaib La Talengo.
Dalam mimpi itu juga, La Talengo diberitahukan bahwa ikan, keris dan bendera dapat dipakai sebagai alat bantu untuk membebaskan addatuang Sawitto yang telah ditawan oleh raja Gowa akibat kalah perang pada beberapa waktu yang lalu.
Perintah dalam mimpi itu, La Talengo kemudian menceritakan kepada raja Bone dan beliaupun menyakini bahwa benda-benda yang ditemukan oleh La Talengo tersebut dapat dipakai sebagai alat bantu dalam membebaskan addatuang Sawitto.
Sumber: Rosdiana Hafid, (2012). Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah. Makassar: La Macca.
****
Abduh, Muh. dkk., 1985. Sejarah Pulawanan Terhndap lmperialisme dan Kolonialisme di Sulnuesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Abduh, Muh. dkk., 7985. Ceritera Rakyat Sulawesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Asba, A.Rasyid.2010. Kerajaan Nepo: Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis, Di Kabupaten Barru. Jokyakarta: Ombak.
Asba,A.Rasyid. Gerakan Sosial di Tanah Bugis; Raja Tanete La Patau Menantang Belanda. Jokyakarta: Ombak.
Anonim, 1989. Selayang Pandang Kabupaten Pinrang. Pinrang: Pemda Tingkat II.
Cindy Adam. Bung Knrno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesin. Jakarta: Jambatan
Danasasmita, Saleh, 1983-1984. Rintisan P enelusur an Masa Silam Sejarah lawa Barat, Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemda Jawa Barat.
Gising, Basrah. 2002. Sejarah Kuajaan Tanete. Makassar: Samajaya.
Gonggrijp, G, 1949. Sejarah Sosial Ekonomi Hindia Belanda (terjemahan).
Harahap, Parada. 7952. Rangkaian Tanah Air Tornja. Bandung : W. Van Hoeve.
Hamid, Pananrangi. 1986. Dampak Modernisasi Terhndap Hubungan Kekerabatan Dnerah Sulawesi Selatan. Jakarta : Depdikbud.
Hamida, Sitti. 1996. Sejarah Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja.
Kartakusumah, Richardiana, 1990. Prasasti-Prasasti Galuh Pakuan di laut Barat Abad ke 14-16 Masehi. Naskah Seminar Galuh II. Bandung: Tasikmalaya.
Kobong, dkk. 1983. Filsafat Hidup Orang Toraja. Ujung Pandang : Institut Theologia Gereja Toraja.
Kila, Syahrir. 1997. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik lndonesia (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Kila, Syahrir. 7998. Sejarah Islam di Pinrang (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Poelinggomang, Edward,L. 2005. Sejarah Tanete; Dari Agangnionjo Hingga Kabuputen Barru. Pemerintah Kabupaten Barru (laporan penelitian).
Poelinggomang, Edward, L. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Pemda Sulawesi Selatan kerjasama Balitbangda.
Rasyid, Darwas. 7995. Sejarah Daerah Kabupaten Bnrru. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Swastiwi, Anastasia Wiw ik. 2010. Toponimi Daerah Natuna. Tanjung Pinang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tiadisional.
Walinono, Hasan. Tanete; Suatu Studi Sosiologi Politik. Ujung Pandang : Disertasi Doktor pada Pasca-sarjana Universitas Hasanuddin.