Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (3)

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, Sejarah Suppa Tanah Dewatae, PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga, Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah, Kerajaan Sawitto dalam Lintas Sejarah, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Istana Kerajaan Sawitto, PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Jejak Ulama Pinrang Diawal Abad XX, Gurutta Abdul Latif - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Idwar Anwar
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (3).

DALAM konteks kedatangan Islam atau islamisasi di Ajatappareng, dapat dibangun kerangka pikir bagi upaya memahami proses berlangsungnya islamisasi di kawasan tersebut. Setidaknya terdapat tiga tahap proses islamisasi di Ajatappareng; pertama, pengetahuan masyarakat setempat mengenai telah adanya orang-orang di luar Ajatappareng yang memeluk agama Islam. Kedua, datangnya orang Islam dari luar di kawasan Ajatappareng dan adanya masyarakat Ajatappareng yang memeluk Islam. Ketiga, terjadinya pengislaman secara besar-besaran, dalam hal ini Islam telah melembaga dan dianut oleh birokrasi kerajaan dan diikuti oleh masyarakat secara umum. 

a. Tahap pertama 

Berdasarkan kategori tahapan pertama, masyarakat Ajatappareng sebenarnya telah mengenal dan melakukan kontak dengan kerajaan lain jauh sebelum masuknya agama Islam. Sebelum munculnya Gowa sebagai kerajaan maritim pada abad ke XVII M. Suppa dan Sawitto sebagai anggota federasi Ajatappareng telah menjadi kerajaan maritim yang kuat. 

Suppa dan Sawitto telah mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan maritim yang kuat pada masa Datu Suppa ke IV La Makkarawi (1519-1564 M) dan Addatuang Sawitto ke IV La Paleteang (1519-1549 M). Hal tersebut ditandai dengan kemampuan mereka menguasai daerah pesisir barat Sulawesi yang merupakan jalur perdagangan dan menguasai daerah pedalaman yang kaya dengan komoditi dagang. Dalam lontara’ Sidenreng dikatakan: 

Iya Tenre’ riléléna\ panré lopié\ iyana ppinru’i\ soénagading ri Suppa\ I Lapéwajo\ ri Parengki\ I Lapépéningke\ ri Loloang\ iyato mappanréiwi\ Langkanaé ri Suppa\ La Maccapai\ ri Sawitto\ wennang rialangi\ pagattena rilélé\ wennangngé\ angkanna Lémo-Lémo\ Bulu’kupa\ lalo manai\ ri Léworeng\ lalo muttama\ angkana Baroko\ lalo ri Torajaé\ angkanna Mamuju lalo mano\ Menre’é mani sia\ musu’i\ nabétai\ Kaili\ Tola-Toli\ tapotapatana\ napakkaséséni\ Luwu angkanna\ Toli-Toli\. (Lontara’ Sidenreng:167). 

Artinya: Adapun orang Tenre’(Mandar) dijadikanlah pembuat perahu, merekalah yang membuat [perahu] Soénagading di Suppa, I Lapéwajo di Parengki, I Lapépéningke di Loloang. Mereka juga yang membuat [istana] Langkanaé di Suppa, La Maccapai di Sawitto, benang yang menjadi pengikatnya. Ditaklukkanlah Lémo-Lémo, Bulu’kupa terus ke atas sampai Léworeng, terus masuk di Baroko sampai Toraja, sampai Mamuju di bawah. Orang Mandarlah yang memerangi dan mengalahkan Kaili, Toli-Toli menjadi tanah milik kita. Dijadikanlah perbatasan dengan Luwu di daerah Toli-Toli. 

Sumber lontara’ di atas memberikan informasi tentang kejayaan kerajaan Ajatappareng, khususnya Suppa dan Sawitto. Kerajaan tersebut pada masa berjayanya telah berhubungan dengan dunia luar dan bahkan berhasil menginvasi beberapa daerah di Pulau Sulawesi baik pesisir maupun pedalaman. 

Mulai dari Toli-Toli dan Mamuju di utara sampai di Bulukupa di selatan, Toraja di pedalaman dan memanfaatkan keterampilan orang Mandar untuk membuat istana dan perahu. Selain itu, orang Bugis semenjak abad ke XV M. terkenal sebagai pelaut ulung yang telah berlayar ke berbagai daerah di Nusantara. 

Bahkan Sultan Mahmud Syah dari kesultanan Malaka (1424- 1450 M) telah menulis undang-undang bagi pelayar-pelayar lautan, berdasarkan keterangan-keterangan lisan dari orang-orang Bugis dan Makassar yang sering berlayar ke pulau Timor, Sumbawa, Aceh, Perlak, Singapura, Johor dan Malaka (Patunru, 1993: 10). 

Sebelumnya... Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (2) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)

Sumber: Ahmad Yani, Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, dimuat di PUSAKA (Jurnal Khazanah Keagamaan) Vol. 8, No. 2, November 2020, hlmn.  191-210. Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar.

****

(Lontarak Akkarungeng Sawitto. (no date). 

Andaya, Y. L. (2004) The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in yhe Seventeenth Century, terj. Nurhadi Simorok: Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17. Makassar: Ininnawa. 

Anonim, Lontarak Alitta. (no date). 

Anonim, Lontarak Sukkuna Wajo. (no date). 

Bathuthah, M. bin A. R. I. B. fi G. Al-A. and Al-Asfaar., wa ‘A’jaim (2012) Muhammad Muchson & Khalifurrahan, Rihlah Ibnu Bathuthah Momoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan. Jakarta: Al Kautsar. 

Dkk., K. (1985) Pengkajian Transliterasi dan Terjemahan Lontarak Bilang Raja Gowa-Tallok (Naskah Makassar). Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan La Galigo, 19985/1986. 

Fahimah Ilyas, H. (2011) Lontaraq Suqkuna Wajo; Telaah Ulang Awal Islamisasi di Wajo. Tangerang Selatan: LSIP . 

Latif, A. (2014) Para Penguasa Ajattappareng Suatu Refleksi Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Ombak. 

Lontarak Rol 02 No. 02. (no date). Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 

Pelras, C. (2006) The Bugis. Manusia Bugis. : terj. Abdul Rahman Abu dkk.,. Jakarta-Paris: Nalar bekerjasama dengan Forum. 

Rahim, H. A. R. (2011) Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Yogyakarta: OMBAK. 

Saprillah. (2014) Pengabdian Tanpa Batas: Biografi Anregurutta Haji Abdul Malik Muhammad. Makassar: Zahadaniva Publishing. 

Sewang, A. M. (2005) Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII. Jakarta.: Yayasan Obor. Tim Penyusun. (no date) 

Citra Pare-Pare Dalam Arsip. Makassar. 2014: : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2014. 

Wardiah, H. (2017) ‘Peran Orang Arab Dalam Pendidikan Keagamaan di Kabupaten Maros’, Pusaka, 8. 

Wardiah, H. (2019) ‘Genelogi Intelektual Ulama Awal Abad XX di Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng Sulawesi Selatan’, SMaRT, 5. 

Yani, A. (2014) ‘Pertemuan Sawerigading dengan Nabi Muhammad’, Shautul Adab. 

Yunus, A. R. (2015) “Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya Bugis)”. Rihlah.