Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (2)
Ilustrasi |
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (2).
HAJI Abdul Hamid diangkat menjadi qadhi di dalam kerajaan itu, karena karamnya dan kemudian menjadi turunan Arab. Beliau mengembang amanah penasihat addattuang di Sawitto, keluarga Saoraja, sering meminta saran pendapat maupun nasehat ketika timbul permasalahan agama maupun kesusahan di dalam Kampung raja selalu memintanya untuk menjauhkan dari kesusahan maupun permasalahan yang melanda kampung.
Ketika ada pencurian dia mampu mengetahui siapa yang mengambil barang tersebut begitupun peristiwa kematian di dalam istana maka beliaulah yang mengurus jenazah raja-raja tersebut. Hampir setiap hari Jumat maka beliau akan masuk ke dalam Saoraja untuk berzikir sepanjang malam. Beliau memiliki tasbih berbentuk sebesar kelereng dan berduri panjang tasbih itu 5 meter. Dalam rekam jejak perjalanan hidupnya tidak pernah naik di mimbar untuk ceramah, maupun menjadi khatib.
Menurut informasi lisan dari salah seorang cucunya yang masih hidup kemudian menerima tarekat itu dari qadhi Abd Hamid bahwa tarekat yang miliki oleh kakeknya adalah tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (Burhanuddin, 2012, p. 37).
Dengan zikir-zikir yang diajarkan dua jenis dengan cara dibaca dengan keras (Jahar) dalam sistem tarekat Qadiriyyah serta zikir yang di dalam hati (khafi) dalam tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah adalah tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN).
Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802-1872) yang terkenal dengan tulisannya Kitab Fath al-Arifin. Syaikh Ahmad Sambas berangkat dari kampungnya di Sambas Madura berangkat ke Mekah untuk belajar pada usia 19 tahun.
Di Mekah beliau belajar ilmu-ilmu Islam termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat dihargai di antara teman-teman sejawatnya dan kemudian mempunyai pengaruh di seluruh Indonesia (Mulyati, 2004).
Dalam kesehariannya sangat tidak suka makanan yang disembelih, beliau hanya makan ikan dan telur. Pengobatan dalam tubuhnya pun dilakukan dengan cara bekam, istrinyalah yang menjadi juru bekam di bagian kepalanya.
Minumannya Saraba dan kopi, beliau pun pemakan sirih, di rumahnya selalu tersaji makanan yang dibawa oleh masyarakat yang sudah melakukan hajatan. Menurut tradisi masyarakat di zaman itu, sajian makanan acara harus di doakan dulu oleh sang kali. Keramaian setiap hari terlihat di rumahnya selalu banyak orang yang bertandang Beliau sangat suka bermain layang-layang dan sangat periang kepada sesama orang.
Sebelumnya... Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (1) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)
Sumber: Wardiah Hamid, Jejak Dan Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX dalam Jurnal “Al-Qalam” Volume 25 Nomor 2 2019.
****
Tambahan:
Abdurrahman. (1984). Sejarah Yayasan Perguruan Islam Campalagiann1930- 1983. Polmas.
As’ad Muhammad. (2011). Buah Pena Sang Ulama (1st ed.). Makassar: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar.
Asad. (2000). Kumpulan Naskah-Naskah Sejarah Raja-raja Sawitto Sejarah Perjuangan Lasinrang dan Pahlawan Kemerdekaan Acara Adat Istiadat. Pinrang.
Azra, A. (2007). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Burhanuddin, J. (2012). Ulama dan Kekuasaan (Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Islam). Jakarta: Mizan Publika.
Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren (Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (9 th ed.). Jakarta: LP3ES.
Emsoe, A. (2017). Haji Tempo Doloe Kisah Klasik Berangkat Haji Zaman Dahulu (1st ed.). Bandung: MCM Publishing Bandung.
Glasse, C. (2002). Ensiklopedi Islam (111th ed.). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hamid, A. H. (1987). Pengajian Pondok di Pulau Salemo Suatu Tinjauan Historis.
Hamid, W. (2017). Jaringan Ulama Awal Abad XX di Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng. Makassar.
Ibrahim, A. M. (2015). Lontarak Akkarungeng Sawitto (Salinab Transliterasi dan Terjemahan ke Bahasa Indonesia. Pinrang.
Kersten, C. (2017). Mengislamkan Indonesia (Sejarah Peradaban Islam di Nusantara). (C. Hilendbrand, Ed.) (1st ed.). Tangerang Selatan: Baca Laffan, M. (2015). Sejarah Islam di Nusantara. Yogyakarta: Banteng Pustaka.
Mulyati, S. (2004). Tarekat Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Muslim, A. (2016). Puang Kali Taherong. Kyai Pelopor Panrita Kittak (1st ed.). Makassar: Cv Cahaya Mujur Lestari.
Padindang, A. (2006). Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Makassar: La Macca Pres.
Pawilloy, S. dkk. (1981). Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan. Makassar.
Saad, M. (n.d.). Kumpulan Naskah-Naskah Sejarah Sawitto, Raja-Raja Sawitto Sejarah Perjuangan Lasinrang dan Pahlawan Kemerdekaan Acara Adat Istiadat Ceritra-Ceritra Rakyat. Pinrang.
Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (1st ed.). Jakarta: PT Pustaka LP3ES.