Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (1)

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX,Gurutta Rabe Baddulu - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Gurutta Abdul Latif - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Ilustrasi
Ilustrasi

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (1).

QADHI H. Abd Hamid juga dikenal di Sawitto sebagai Kali Paccilla’e (Qadhi yang selalu memakai celak mata), menurut sumber lisan dilahirkan tahun 1862 dan meninggal 1962. Awal pendidikannya dalam didikan ayahnya Abdul Kasim seorang pedagang Arab yang datang ke daerah Sawitto, kemudian menikah dengan wanita pribumi. 

Sejak tahun awal kehidupannya, sebelum berangkat ke Mekah, dituntun oleh Ayahanya menurut tradisi Islam. Pertama belajar membaca Al Quran bersama dengan saudaranya Abd Madjid hingga Hafidz 30 juz. Karena Abd Kasim tidak bisa mempergunakan bahasa Lontara maka anak-anaknya didiknya pula mempergunakan tulisan Arab. Sehingga Abd Hamid dalam setiap karya manuskripnya mempergunakan bahasa Serang (Wawancara Kasubbag Kankemenag Pinrang, di Pinrang, 3 September 2018). 

Di akhir abad 19 transportasi yang digunakan dari Nusantara ke tanah Mekah hanyalah mengandalkan kapal dagang milik orang Arab dan India. Kapal-kapal yang bisa dijadikan tumpangan pun kebanyakan berada di pelabuhan Singapura sehingga mereka harus pergi ke Singapura atau Penang sebagai pelabuhan Embarkasi. Karena tidak ada kapal yang secara langsung berlayar ke Jeddah, para jamaah haji harus berpindah-pindah kapal yang tidak jelas kapan waktu keberangkatannya (Emsoe, 2017, p. 16). Sebagai seorang Arab asal muasal Abd Kasim tinggal di sekitar masjid haram, Abdul Kasim kemudian bertolak dari Sawitto menuju ke Mekah. Tetapi malang baginya sebelum sampai di Mekah, sekitar daerah Singapura beliau wafat di perjalanan. 

Abdul Hamid meninggalkan Sawitto menuju Mekah pada tahun 1892 untuk menunaikan ibadah haji dan mukim di sana belajar ilmu agama. Bertolak dari Nusantara ketika itu kemudian di Singapura, menuju tanah suci. Kepergiannya ke tanah suci meninggalkan anak dan istrinya di Lerang Lerang Corawali Pinrang. Abd Hamid menikah beberapa kali beristri, pertama bernama Matterang, setelah meninggal menikah lagi dengan wanita Sidrap yang merupakan juragan kerbau, dari istrinya inilah Abd Hamid mempunyai keleluasaan dan kemudahan dari segi finansial untuk menimba ilmu ke tanah Arab, meninggalkan istrinya yang sudah berkecukupan. Tetapi Abd Hamid hanya membawa uang sekitar dua ringgit ketika berangkat ke tanah suci. Sehingga Abd Hamid harus singgah dari satu daerah ke daerah lainnya untuk mencari biaya perjalanan tersebut. Di Pagatan Kota Baru beliau singgah dan tinggal di tempat itu dan menjadi iman di sebuah masjid. 

Masyarakat di tempat itu menawarinya untuk menjadi imam masjid karena beliau adalah keturunan Arab, penghormatan penduduk setempat membuatnya diberikan tempat di samping masjid, dan kadang kala dipanggil mengurus jenazah penduduk setempat. Tidak hanya itu beliau membuka halakah di masjid mengajar penduduk setempat untuk mengaji Al Quran. Abd Hamid terkenal sosok yang sangat suka membaca Alquran dalam satu hari dia akan duduk 6 jam lamanya sampai I buah Alquran selesai dibacanya. Beliau duduk bersila selama berjam-jam sehingga tumitnya kelihatan menebal. Penghormatan penduduk kepadanya sanggatlah besar, sehingga kadang kala orang-orang kaya di tempat itu memberikannya beberapa keping ringgit. Kemudian setelah cukup bekal beliau menuju kota Baru, naik perahu kayu menyeberang ke negara Singapura, di tempat inilah kapal Belanda yang digunakannya untuk bertolak ke tanah Arab. Pelabuhan Jeddah membentang luas kapalnya kemudian berlabuh, kemudian naik unta untuk sampai ke negara Hijas.

Kepulangannya ke tanah air pada tahun 1900 membawa manuskrip-manuskrip memakai tulisan Serang. Manuskrip itu di simpannya di atas loteng, dibungkus dengan kulit kambing dibalut dengan kain kemudian digantungnya di atas loteng. Menurut pengakuan kali Paciila kepada cucunya sempat menanyakan isi kitab tersebut “Kali Paciila mengatakan lembaran ini berisi doa-doa tidak terbakar oleh api dan jika lembaran ini diletakkan di padang hijau maka seketika padang itu akan tandus” (Wawancara Yusuf Hila, di Makassar, 8 September 2018). 

Tulisan lembaran itu sanggatlah halus seperti bulu mata, di dalamnya memuat doa-doa. Dan memuat ilmu tarekat. Masyarakat setempat dimasanya mendatanginya untuk dipatottongi massampayang. Tidak sah salat seseorang sebelum belajar ilmu salat kepada gurutta Abd Hamid, dihormati oleh masyarakat sekitarnya. Pembelajaran ilmunya dilaksanakan di tengah malam dengan terlebih dahulu orang-orang yang mau berguru membawa kambing untuk disembelih. Untuk menerima ilmu itu haruslah orang-orang yang sudah memasuki usia balig. Salah satu ajaran tarekat iu tanda-tanda kematian, seseorang, dan bagaimana cara menghadapi sakratul maut, proses ini berlangsung di dalam kelambu. 

Manuskrip tersebut di simpan oleh salah satu anaknya Abdurrahman yang pernah berguru Gurutta Abd Samad di Paleteang. Gurutta Abd Samad pernah mengunjungi kali Paciila’e manuskrif itu dibuka dan terlihat mereka berdiskusi panjang lebar tentang isi manuskrip tersebut. Tarekat kali Paciila adalah kombinasi ajaran Khalwatiyah dan Naksabandiyah. Begitupun gurutta Hafid Karim juga sering berdiskusi dengan kali Paccilla’e. 

Beliau sangat suka menulis, salah satunya surah Makkalunya nabi Muhammad, dalam tulisan Arab. Beliau tidak mempunyai keahlian menulis lontara seluruh tulisannya dalam bentuk tulisan Arab berbahasa Bugis. Masyarakat biasa datang ke rumahnya meminta doa-doa dan dibagikannya kepada mereka untuk diamalkan. 

Lembaga/jabatan qadhi membentuk salah satu kedudukan penting dalam sistim peradilam pada jaman itu, memberi mereka ruang yang seluas-luasnya dalam hal otoritas keagamaan. Melalui lembaga qahdi para ulama ketika itu mengeluarkan fatwa dan hukum Islam dirumuskan. Dengan demikian qadhi menjadi sentral dalam meregulasi setiap penentuan kehidupan umat Islam. Diperkirakan ketika pemerintahan di kerajaan Sawitto di pimpin oleh We Tenri Arung Rappang (1942) (Ibrahim, 2015, p. 138). 

Bersambung... Qadhi H Abd Hamid - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (2) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)

Sumber:  Wardiah Hamid, Jejak Dan Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX dalam Jurnal “Al-Qalam” Volume 25 Nomor 2 2019. 

****

Tambahan:

Abdurrahman. (1984). Sejarah Yayasan Perguruan Islam Campalagiann1930- 1983. Polmas. 

As’ad Muhammad. (2011). Buah Pena Sang Ulama (1st ed.). Makassar: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar. 

Asad. (2000). Kumpulan Naskah-Naskah Sejarah Raja-raja Sawitto Sejarah Perjuangan Lasinrang dan Pahlawan Kemerdekaan Acara Adat Istiadat. Pinrang. 

Azra, A. (2007). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 

Burhanuddin, J. (2012). Ulama dan Kekuasaan (Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Islam). Jakarta: Mizan Publika. 

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren (Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (9 th ed.). Jakarta: LP3ES. 

Emsoe, A. (2017). Haji Tempo Doloe Kisah Klasik Berangkat Haji Zaman Dahulu (1st ed.). Bandung: MCM Publishing Bandung. 

Glasse, C. (2002). Ensiklopedi Islam (111th ed.). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 

Hamid, A. H. (1987). Pengajian Pondok di Pulau Salemo Suatu Tinjauan Historis

Hamid, W. (2017). Jaringan Ulama Awal Abad XX di Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng. Makassar. 

Ibrahim, A. M. (2015). Lontarak Akkarungeng Sawitto (Salinab Transliterasi dan Terjemahan ke Bahasa Indonesia. Pinrang. 

Kersten, C. (2017). Mengislamkan Indonesia (Sejarah Peradaban Islam di Nusantara). (C. Hilendbrand, Ed.) (1st ed.). Tangerang Selatan: Baca Laffan, M. (2015). Sejarah Islam di Nusantara. Yogyakarta: Banteng Pustaka. 

Mulyati, S. (2004). Tarekat Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Muslim, A. (2016). Puang Kali Taherong. Kyai Pelopor Panrita Kittak (1st ed.). Makassar: Cv Cahaya Mujur Lestari. 

Padindang, A. (2006). Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Makassar: La Macca Pres. 

Pawilloy, S. dkk. (1981). Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan. Makassar. 

Saad, M. (n.d.). Kumpulan Naskah-Naskah Sejarah Sawitto, Raja-Raja Sawitto Sejarah Perjuangan Lasinrang dan Pahlawan Kemerdekaan Acara Adat Istiadat Ceritra-Ceritra Rakyat. Pinrang. 

Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (1st ed.). Jakarta: PT Pustaka LP3ES.