Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (4)
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (4).
PASCA beralihnya Kerajaan Binuang di bawah kendali Kerajaan Batulappa, itu berarti raja Binuang dan rakyatnya harus mengabdi kepada Kerajaan Batulappa. Pengabdian itu secara otomatis meng-haruskan Kerajaan Binuang harus memberikan upeti kepada raja Batulappa setiap tahun.
Pertuanan Kerajaan Binuang kepada Kerajaan Batulappa mengakibatkan Kerajaan Batulappa semakin maju dan penghidupan masyarakatnya semakin makmur. Sementara itu, melihat kenyataan yang cukup menggembirakan itu, maka pihak Kerajaan Gowa juga berniat mengambil alih pertuanan itu dari tangan Kerajaan Batulappa.
Hal ini tentu tidak terlalu sulit bagi Kerajaan Gowa untuk mengambil alih pertuanan Kerajaan Binuang mengingat Kerajaan Batulappa adalah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa (Azis Syah, 1994,Iilid I, hlm.15-17).
Sementara itu, hubungan dengan Kerajaan Balanipa semakin ditingkatkan sehingga semakin erat pula. Eratnya perhubungan dapat dilihat ketika raja Batulappa yang bernama I Made di Galesong di Karumbanang, berkunjung ke Kerajaan Balanipa dan raja Balanipa memberikan hadiah kepadanya.
Raja Balanipa, Tomeppayung yang memerintah pada saat itu memberikan hadiah kepada Kerajaan Batulappa berupa sebuah wilayah yang diberi nama guru Matta, berikut beberapa orang pengembala. Hal ini dimaksudkan agar Kerajaan Batulappa semakin luas pula wilayah kekuasaannya.
Pemberian itu oleh raja Batulappa masih dianggap terlalu sedikit dan sempit sehingga diberikan lagi suatu daerah yangbemama Bunging yang letaknya antara Kerajaan Batulappa dan Kerajaan Balanipa.
Dinamakan kampung Bunging oleh karena daerah ini merupakan tempat persinggahan bagi raja Batulappa kalau bepergian ke wilayah utara yaitu Mandar, di tempat inilah mereka selalu bermalam. Bermalam dalam bahasa setempat (dialek Pattinjo) sama dengan ma'bongi, dari kata ma'bongi itulah yang dijadikan sebagai nama kampung tersebut.
Ma'bongi kalau kata depannya dibuang akan terbaca bongi dan kata inilah setelah mengalami perubahan berubah menjadi Bonging atau Bunging.
Kampung Bunging sampai sekarang masih ada dan berstatus kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Begitu juga dengan Kampung Batulappa yang sekarang telah berstatus sebagai kecamatan setelah adanya pemekaran wilayah administrasi yang dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Bunging yang dahulu masuk wilayah Kerajaan Sawitto, akan tetapi hal itu sebelum diserahkan oleh Kerajaan Balanipa kepada Kerajaan Batulappa.
Penyerahan daerah Bunging kepada Kerajaan Batulappa semata-mata karena pertimbangan ekonomi sebab di Kampung Bunging terdapat pasar yang cukup ramai dikunjungi yang hari pasarnya dibagi antara hari pasar di Bungi, Maroanging dan Batulappa.
Sumber: Rosdiana Hafid, (2012). Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah. Makassar: La Macca.
****
Abduh, Muh. dkk., 7985. Sejarah Pulawanan Terhndap lmperialisme dan Kolonialisme di Sulnuesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Abduh, Muh. dkk., 7985. Ceritera Rakyat Sulawesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Asba, A.Rasyid.2010. Kerajaan Nepo: Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis, Di Kabupaten Barru. Jokyakarta: Ombak.
Asba,A.Rasyid. Gerakan Sosial di Tanah Bugis; Raja Tanete La Patau Menantang Belanda. Jokyakarta: Ombak.
Anonim, 1989. Selayang Pandang Kabupaten Pinrang. Pinrang: Pemda Tingkat II.
Cindy Adam. Bung Knrno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesin. Jakarta: Jambatan
Danasasmita, Saleh, 1983-1984. Rintisan P enelusur an Masa Silam Sejarah lawa Barat, Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemda Jawa Barat.
Gising, Basrah. 2002. Sejarah Kuajaan Tanete. Makassar: Samajaya.
Gonggrijp, G, 1949. Sejarah Sosial Ekonomi Hindia Belanda (terjemahan).
Harahap, Parada. 7952. Rangkaian Tanah Air Tornja. Bandung : W. Van Hoeve.
Hamid, Pananrangi. 1986. Dampak Modernisasi Terhndap Hubungan Kekerabatan Dnerah Sulawesi Selatan. Jakarta : Depdikbud.
Hamida, Sitti. 1996. Sejarah Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja.
Kartakusumah, Richardiana, 1990. Prasasti-Prasasti Galuh Pakuan di laut Barat Abad ke 14-16 Masehi. Naskah Seminar Galuh II. Bandung: Tasikmalaya.
Kobong, dkk. 1983. Filsafat Hidup Orang Toraja. Ujung Pandang : Institut Theologia Gereja Toraja.
Kila, Syahrir. 1997. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik lndonesia (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Kila, Syahrir. 7998. Sejarah Islam di Pinrang (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Poelinggomang, Edward,L. 2005. Sejarah Tanete; Dari Agangnionjo Hingga Kabuputen Barru. Pemerintah Kabupaten Barru (laporan penelitian).
Poelinggomang, Edward, L. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Pemda Sulawesi Selatan kerjasama Balitbangda.
Rasyid, Darwas. 7995. Sejarah Daerah Kabupaten Bnrru. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Swastiwi, Anastasia Wiw ik. 2010. Toponimi Daerah Natuna. Tanjung Pinang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tiadisional.
Walinono, Hasan. Tanete; Suatu Studi Sosiologi Politik. Ujung Pandang : Disertasi Doktor pada Pasca-sarjana Universitas Hasanuddin.