Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (9)

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, Sejarah Suppa Tanah Dewatae, PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga, Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah, Kerajaan Sawitto dalam Lintas Sejarah, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Istana Kerajaan Sawitto, PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Jejak Ulama Pinrang Diawal Abad XX, Gurutta Abdul Latif - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto, Idwar Anwar Ilustrasi Ilustrasi
Ilustrasi
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM
 - Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (9).

PASCA Datuk ri Bandang berada di Sidenrang maka raja-raja Ajatappareng bersama-sama masuk Islam, seperti kerajaan Sidenreng yang pada saat itu dipimpin oleh menantu Sombayya (raja) Gowa I Manriogau Daeng Bonto Karaeng Tunipallangga Ulaweng bernama La Patiroi Addatuang Sidenreng Matinroé ri Massépé (1582-1612 M) (Lontarak Alitta: 1), dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya pada tahun 1607 M. setelah beliau menerima Islam dan diikuti oleh rakyatnya. Terkait dengan hal ini, Lontarak Sidenreng menyatakan sebagai berikut: 

La Patiroi iyyana mula selleng ri taung 1018 Hijera 1607 rifassahada’ ri Dato (ri Bandang) sibawa Karaéngngé purana musu’é ri Pakkénnya sibawa ri Temmapalo iyyana riyaseng Matinroé ri Massépé (BPAD Prov Sul-Sel, Lontarak Rol 02 No. 02: 16). 

Artinya: La Patiroi inilah yang mula Islam pada tahun 1018 Hijriyah 1607 ia disyahadatkan oleh Datuk (ri Bandang) bersama Karaéng setelah Perang Pakkénnya dan Temmappalo. Beliaulah (La Patiroi) digelar Matinroé ri Massépé. 

Dari keterangan lontarak diatas diperoleh keterangan bahwa La Patiroi menerima Islam seusai Perang Pakkennya dan Temmapalo. Sedangkan perang Temmapalo menurut Lontarak Bilang Gowa Tallok terjadi pada tahun 1607 M/1017 H: 

Hera 1607 Hikarak, sannak 1017, 9 Nofemberek 18 Rakjak, hari Jumak. Nauru mamenteng jumaka ri Tallok, uru sallanta. Ia anne bedeng bunduka ri Tamangngalo (Tamapalo)(Dkk., 1985, p. 8) 

Artinya, 1607 1017, 9 November 18 Rajab, hari Jumat Mula diadakan shalat Jumat di Tallok, ketika mula masuk Islam. Dalam tahun ini konon terjadinya perang Tamangngalo (Tamappalo). 

Perang Pakkénnya adalah perang antara pasukan Gowa yang dibantu oleh sekutunya melawan pasukan Tellumpoccoé (Bone, Wajo dan Soppeng). Pada perang tersebut pasukan Gowa dikalahkan oleh pasukan Tellumpoccoé. 

Tiga bulan setelah Perang Pakkennya pecah kembali perang antara Gowa dengan Tellumpoccoé di Akkotengeng (daerah Wajo) dimana Gowa dikalahkan oleh Tellumpoccoé untuk kedua kalinya. Enam bulan setelah perang Akkotengeng pecah kembali perang antara Gowa dengan Tellumpoccoé di Padang-Padang (Pare-Pare). 

Pada perang Padang-Padang tersebut Tellumpoccoé terdesak oleh Gowa dan mengundurkan diri ke daerah pegunungan untuk mengambil pertahanan yang baik. Pada perang Padang-Padang, kerajaan Rappeng sebagai bagian dari persekutuan Ajatappareng berpihak kepada Gowa (Andaya, 2004, p. 144). 

Dari uraian di atas, dapat dimengerti bahwa; kerajaan Rappeng senantiasa membantu Gowa sebagai pihak penyebar Islam dalam peperangan melawan Tellumpoccoé. Hal itu mengindikasikan bahwa kerajaan Rappeng telah memeluk Islam, tidak mungkin Rappeng akan membantu Gowa melawan Tellumpoccoé kalau ia belum menjadi kerajaan Islam, mengingat tujuan Gowa datang untuk mengajak raja-raja di Tanah Bugis masuk Islam. 

Jadi, dapat disimpulkan untuk sementara, bahwa kerajaan Rappeng menerima Islam pasca kedatangan Gowa ke Tanah Bugis pada tahun 1607 M. Hal tersebut diperkuat oleh Lontarak Sidenreng bahwa; 

1607 rietri tn aogi rimusu sElEeG 

(1607) naritéri tana Ogi ri musu sellengngé

Artinya: 1607 didatangi tanah Bugis pada perang Islam) (Lontarak Rol 02 No. 02., no date).

Adapun Arung (raja) Rappeng yang menerima Islam adalah Arung Rappeng Lapakallongi Matinroé ri Bénténg.  

Sebelumnya... Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII (8) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)

Sumber: Ahmad Yani, Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII, dimuat di PUSAKA (Jurnal Khazanah Keagamaan) Vol. 8, No. 2, November 2020, hlmn.  191-210. Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar.

****

(Lontarak Akkarungeng Sawitto. (no date). 

Andaya, Y. L. (2004) The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in yhe Seventeenth Century, terj. Nurhadi Simorok: Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17. Makassar: Ininnawa. 

Anonim, Lontarak Alitta. (no date). 

Anonim, Lontarak Sukkuna Wajo. (no date). 

Bathuthah, M. bin A. R. I. B. fi G. Al-A. and Al-Asfaar., wa ‘A’jaim (2012) Muhammad Muchson & Khalifurrahan, Rihlah Ibnu Bathuthah Momoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan. Jakarta: Al Kautsar. 

Dkk., K. (1985) Pengkajian Transliterasi dan Terjemahan Lontarak Bilang Raja Gowa-Tallok (Naskah Makassar). Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan La Galigo, 19985/1986. 

Fahimah Ilyas, H. (2011) Lontaraq Suqkuna Wajo; Telaah Ulang Awal Islamisasi di Wajo. Tangerang Selatan: LSIP . 

Latif, A. (2014) Para Penguasa Ajattappareng Suatu Refleksi Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Ombak. 

Lontarak Rol 02 No. 02. (no date). Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 

Pelras, C. (2006) The Bugis. Manusia Bugis. : terj. Abdul Rahman Abu dkk.,. Jakarta-Paris: Nalar bekerjasama dengan Forum. 

Rahim, H. A. R. (2011) Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Yogyakarta: OMBAK. 

Saprillah. (2014) Pengabdian Tanpa Batas: Biografi Anregurutta Haji Abdul Malik Muhammad. Makassar: Zahadaniva Publishing. 

Sewang, A. M. (2005) Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII. Jakarta.: Yayasan Obor. Tim Penyusun. (no date) 

Citra Pare-Pare Dalam Arsip. Makassar. 2014: : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2014. 

Wardiah, H. (2017) ‘Peran Orang Arab Dalam Pendidikan Keagamaan di Kabupaten Maros’, Pusaka, 8. 

Wardiah, H. (2019) ‘Genelogi Intelektual Ulama Awal Abad XX di Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng Sulawesi Selatan’, SMaRT, 5. 

Yani, A. (2014) ‘Pertemuan Sawerigading dengan Nabi Muhammad’, Shautul Adab. 

Yunus, A. R. (2015) “Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya Bugis)”. Rihlah.