Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (2)
PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (2).
PENDUDUK Kerajaan Batulappa kalau ingin mendirikan sebuah rumah, maka mereka harus mencari bafu besar yang agak rata karena pada umumnya di wilayah ini jarang ditemukan areal yang baik atau rata untuk dijadikan sebagai tempat untuk mendirikan rumah, begitu pula areal pertanian dan perladangan.
Itu pula sebabnya sehingga makanan pokok penduduk kampung Batulappa adalah terutama jagung dan ubi. Kendati demikian, juga masih banyak penduduk yang menkomsumsi makanan yang berbahan pokok padi karena didatangkan dari luar daerah yang ada di sekitarnya.
Wilayah geografi Batulappa yang bergunung-gunung berat, dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi seperti; Gunung Tirasa, Gunung Barukku, Gunung Tammate, Gunung Panenong, Gunung Dukallang, Gunung Parisi, dan Gunung Patumpu.
Ketinggian gunung-gunung tersebut bervariasi antara 1500-4000 meter di atas permukaan laut (dpl). Sedang sungai-sungai yang ada yaitu; Sungai Kaba-kaba, Sungai Kadokkong, Sungai Bunu', Sungai Belawa dan Sungai Batulappa.
Sungai-sungai tersebut, semuanya berhulu di Gunung Tirasa. Oleh penduduk setempat, su-ngai-sungai itu digunakan sebagai sarana untuk transportasi air dari ke daerah lainnya, namun bukan sebagai jalur utama transfortasi.
Penduduk asli Kerajaan Batulappa berasal dari keturunan Bugis, dan sangat erat dengan kerabat penduduk Sawitto.
Penduduk digolongkan dalam dua kelompok besar yaitu; golongan orang merdeka dan hamba. Golongan orang merdeka dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu golongan orang yang memerintah atau berkuasa dan golongan orang yang menjadi pengikut yang memerintah. Gelar penguasa di Kerajaan Batulappa disebut Arung, sedang untuk anggota hadat disebut pabbicara atau matoa.
Bahasa yang dipergunakan oleh penduduk setempat adalah bahasa Bugis bercampur dengan kata-kata alfur (Felenkahu, 1974, hlm. 5).
Kerajaan Batulappa diperintah oleh seorang raja yang bergelar Arung dan memegang kekuasaan tertinggi.
Dipilih dan diberhentikan oleh anggota hadat. Jabatan raja adalah saka baka artinya keturunan yang diperhitungkan dari garis keturunan ayah dan ibu. Anggota hadat Kerajaan Batulappa terdiri atas seorang sulewatang dan dua orang pabbicara (Arung Lampa dan Pabbicara Kalau').
Menurut kebiasaan adat, mereka inilah yang dipercaya mempunyai kekuasaan yang diakui untuk atas nama rakyat dapat memberhentikan dan mengangkat seorang raja di Kerajaan Batulappa. Kepala-kepala bawahan adalah para gallarang-gallarang dan jannang-jannang. Mereka dipilih oleh penduduk kampung, oleh hadat diangkat dan diberhentikan dari jabatannya.
Sebelumnya... Kerajaan Batulappa dalam Lintas Sejarah (1) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)
Sumber: Rosdiana Hafid, (2012). Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah. Makassar: La Macca.
****
Abduh, Muh. dkk., 7985. Sejarah Pulawanan Terhndap lmperialisme dan Kolonialisme di Sulnuesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Abduh, Muh. dkk., 7985. Ceritera Rakyat Sulawesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Asba, A.Rasyid.2010. Kerajaan Nepo: Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis, Di Kabupaten Barru. Jokyakarta: Ombak.
Asba,A.Rasyid. Gerakan Sosial di Tanah Bugis; Raja Tanete La Patau Menantang Belanda. Jokyakarta: Ombak.
Anonim, 1989. Selayang Pandang Kabupaten Pinrang. Pinrang: Pemda Tingkat II.
Cindy Adam. Bung Knrno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesin. Jakarta: Jambatan
Danasasmita, Saleh, 1983-1984. Rintisan P enelusur an Masa Silam Sejarah lawa Barat, Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemda Jawa Barat.
Gising, Basrah. 2002. Sejarah Kuajaan Tanete. Makassar: Samajaya.
Gonggrijp, G, 1949. Sejarah Sosial Ekonomi Hindia Belanda (terjemahan).
Harahap, Parada. 7952. Rangkaian Tanah Air Tornja. Bandung : W. Van Hoeve.
Hamid, Pananrangi. 1986. Dampak Modernisasi Terhndap Hubungan Kekerabatan Dnerah Sulawesi Selatan. Jakarta : Depdikbud.
Hamida, Sitti. 1996. Sejarah Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja.
Kartakusumah, Richardiana, 1990. Prasasti-Prasasti Galuh Pakuan di laut Barat Abad ke 14-16 Masehi. Naskah Seminar Galuh II. Bandung: Tasikmalaya.
Kobong, dkk. 1983. Filsafat Hidup Orang Toraja. Ujung Pandang : Institut Theologia Gereja Toraja.
Kila, Syahrir. 1997. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik lndonesia (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Kila, Syahrir. 7998. Sejarah Islam di Pinrang (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Poelinggomang, Edward,L. 2005. Sejarah Tanete; Dari Agangnionjo Hingga Kabuputen Barru. Pemerintah Kabupaten Barru (laporan penelitian).
Poelinggomang, Edward, L. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Pemda Sulawesi Selatan kerjasama Balitbangda.
Rasyid, Darwas. 7995. Sejarah Daerah Kabupaten Bnrru. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Swastiwi, Anastasia Wiw ik. 2010. Toponimi Daerah Natuna. Tanjung Pinang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tiadisional.
Walinono, Hasan. Tanete; Suatu Studi Sosiologi Politik. Ujung Pandang : Disertasi Doktor pada Pasca-sarjana Universitas Hasanuddin.