Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gurutta Rabe Baddulu - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (1)

Gurutta Rabe Baddulu - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Gurutta Abdul Latif - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX, Sejarah Berdirinya Kabupaten Pinrang, Idwar Anwar, Asal mula nama Pinrang, Awal Mula Berdirinya Kabupaten Pinrang, Kerajaan Sawitto,
Ilustrasi

PINRANG.ARUNGSEJARAH.COM - Gurutta Rabe Baddulu - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (1).

SOSOK lain yang juga berkiprah di pesisir pantai Langnga yaitu Gurutta Rabe Baddulu, lahir pada tahun 1900 dan wafat tahun 1966, jaringan keilmuannya dimulai dari daerah Salemo. Terkenal ahli fikih dengan manuskripnya tentang Paccapuran Araba’ Doa-doa yang ditulis tangan kemudian dituang ke dalam air dan digunakan untuk mandi di bulan Safar. Karya ini salah satu manuskrip menjadi konsumsi masyarakat Langnga dan masih tetap diperbanyak sehingga setiap rumah di daerah Langnga mempunyai kopian manuskrip yang di tulis oleh gurutta Rabe. 

Kemampuannya untuk mengembara mencari ilmu ditopang oleh kemampuan ekonomi kedua orang tuanya. Ayah Baddulu dan ibundanya Hawi adalah tuan tanah di daerah Langnga. 

Hamparan sawah yang luas dan empang yang banyak membuat Rabe Baddulu diberi kemudahan untuk menuntut ilmu ke Pulau Salemo dan salah satu gurunya adalah Puang Walli wafat (1940) (Wawancara Nurhaeda, di Langnga 29 Agustus 2018). 

Kondisi geografis daerah Langnga yang berada di sepanjang pesisir pantai maka untuk sampai ke pulau Salemo tidaklah begitu sulit dengan menggunakan kapal kayu yang hanya mengandalkan hembusan angin, sebagai transportasi ke pulau tersebut. 

Jejak kaki Abdul Latif sekampungnya yang lebih dahulu merantau menimba ilmu agama di Mandar diikutinya beliau berguru tarekat kepada KH Muhammmad Tahir (Imam Lapeo). 

Gurutta Rabe Baddulu sekitar tahun 1930-an menuju tanah Mekkah, bersama ayahandanya menunaikan ibadah haji, tetapi beliau tetap mukim selama 8 tahun dan ayahnya kembali ke tanah Bugis. Di sana beliau bertemu dengan annangguru Abd Latif yang terlebih dahulu sudah berada di tanah Mekah. 

Di Mekah keduanya menjalin hubungan sesama perantau dengan sosok Sh Ismail Thaleb Boegis. Intensitas hubungan, seperti kakak dengan sang adik. H Rabe pun tetap intens dilakukan ketika sudah berada di Langnga, terbukti kiriman surat Sh Ismail Thaleb Boegis Mekah, tercantum bahasa Lontara Bugis “na terimai anrekku H Rabe di Langnga tanggal 5-8-1961. 

Catatan dalam bentuk kartu nama seperti ini sepintas lalu mengindikasikan bahwa mereka telah menjalin hubungan sesama orang Bugis di Mekah secara intens. 

Perjumpaan mereka dalam majelis ilmu antara gurutta Rabe dan gurutta Latif diwujudkan dengan korespondensi yang tetap berlanjut hingga ke duanya kembali ke tanah Bugis. 

Demikian pun gurutta Latif hubungannya ke tanah Mekah dengan pengiriman penganan khas tanah Bugis seperti abon ikan untuk saudaranya di Mekah, ini terlacak dari pengakuan cucu dan anak mantunya yang menyaksikan pengiriman itu dilakukan oleh gurutta Latif. 

Dan dari Mekah terkirim beberapa kitab yang di gunakan keduanya sebagai pendalaman keilmuan. Hubungan ini saling berkelindan antara gurutta Rabe dan gurutta Latif bahwa mereka pernah menjalin hubungan yang intens di antara mereka (Subhan, wawancara, tanggal 23-8-2018). 

Bersambung... Gurutta Rabe Baddulu - Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX (2) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)

Sumber:  Wardiah Hamid, Jejak Dan Kiprah Ulama Pinrang Awal Abad XX dalam Jurnal “Al-Qalam” Volume 25 Nomor 2 2019. 

****

Tambahan:

Abdurrahman. (1984). Sejarah Yayasan Perguruan Islam Campalagiann1930- 1983. Polmas. 

As’ad Muhammad. (2011). Buah Pena Sang Ulama (1st ed.). Makassar: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar. 

Asad. (2000). Kumpulan Naskah-Naskah Sejarah Raja-raja Sawitto Sejarah Perjuangan Lasinrang dan Pahlawan Kemerdekaan Acara Adat Istiadat. Pinrang. 

Azra, A. (2007). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 

Burhanuddin, J. (2012). Ulama dan Kekuasaan (Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Islam). Jakarta: Mizan Publika. 

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren (Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (9 th ed.). Jakarta: LP3ES. 

Emsoe, A. (2017). Haji Tempo Doloe Kisah Klasik Berangkat Haji Zaman Dahulu (1st ed.). Bandung: MCM Publishing Bandung. 

Glasse, C. (2002). Ensiklopedi Islam (111th ed.). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 

Hamid, A. H. (1987). Pengajian Pondok di Pulau Salemo Suatu Tinjauan Historis

Hamid, W. (2017). Jaringan Ulama Awal Abad XX di Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng. Makassar. 

Ibrahim, A. M. (2015). Lontarak Akkarungeng Sawitto (Salinab Transliterasi dan Terjemahan ke Bahasa Indonesia. Pinrang. 

Kersten, C. (2017). Mengislamkan Indonesia (Sejarah Peradaban Islam di Nusantara). (C. Hilendbrand, Ed.) (1st ed.). Tangerang Selatan: Baca Laffan, M. (2015). Sejarah Islam di Nusantara. Yogyakarta: Banteng Pustaka. 

Mulyati, S. (2004). Tarekat Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Muslim, A. (2016). Puang Kali Taherong. Kyai Pelopor Panrita Kittak (1st ed.). Makassar: Cv Cahaya Mujur Lestari. 

Padindang, A. (2006). Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Makassar: La Macca Pres. 

Pawilloy, S. dkk. (1981). Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan. Makassar. 

Saad, M. (n.d.). Kumpulan Naskah-Naskah Sejarah Sawitto, Raja-Raja Sawitto Sejarah Perjuangan Lasinrang dan Pahlawan Kemerdekaan Acara Adat Istiadat Ceritra-Ceritra Rakyat. Pinrang. 

Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (1st ed.). Jakarta: PT Pustaka LP3ES.