Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga (4)
DI DALAM daerah pemerintahan Kerajaan Letta, terdapat satu daerah yang mempunyai peranan penting selama kerajaan ini eksis, yaitu Kampung Tondo Bunga. Kampung ini adalah merupakan pusat kerajaan pada saat itu sesuai dengan pengertian namanya sendiri.
Tondo Bunga kalau diartikan kata perkata maka akan berarti; kata tondo yang artinya kampung dan bunga artinya jabatan. Jadi kata Tondo Bunga berarti kampung tempat lahirnya raja-raja atau kampung pusat kerajaan.
Keunikan kampung ini karena mempunyai sebuah mesjid yang terletak di atas sebuah batu besar yang datar. Pendirian masjid ini di atas sebuah batu besar yang datar bukan berarti bahwa di daerah ini tidak ada tanah datar yang bisa dijadikan tempat mendirikan masjid.
Tetapi masjid ini didirikan di atas batu besar yang datar tersebut karena punya latar belakang sejarah. Menurut penuturan masyarakat setempat bahwa sebelum masjid itu didirikan pada tempat tersebut, batu besar itu sering ditempati oleh penduduk untuk melakukan shalat lima waktu, termasuk shalat hajat. Itulah sebabnya sehingga pada waktu penduduk setempat akan mendirikan sebuah masjid, maka secara serentak mereka memilih tempat tersebut.
Masjid yang didirikan itu kemudian diberi nama mesjid Tondo Bunga sesuai dengan nama kampung itu sendiri. Sampai sekarang masjid ini masih ada dan masih dipergunakan untuk melaksanakan shalat lima waktu. Sebelum pemerintah Hindia Belanda berkuasa di Sulawesi Selatan, mesjid ini dijadikan sebagai masjid pusat Kerajaan Letta.
Masjid Tondo Bunga terletak kira-kira 1,5 km di sebelah utara Kampung Padang ibukota Desa Letta seka-rang. Atau terletak di sebelah kanan pinggir jalan poros Padang dengan Bakaru Desa Ulu Saddang, Atau kira-kira terletak 2,5 km. Dari pusat PLIA Bakaru, Ulu Saddang. Masjid Tondo Bunga sudah beberapa kali mengalami pemugaran oleh masyarakat dan juga oleh pemerintah setempat.
Pendiri masjid ini bernama Tagbi Pua Karundukan atau Nenek Lamming. Orang ini sebenarnya adalah berasal dari Kerajaan Bone, namun keberadaannya di Kerajaan Letta karena merupakan pemberian dari Kerajaan Bone kepada Kerajaan Letta karena telah berjasa membantu Kerajaan Bone memerangi beberapa kerajaan yang tidak mau tunduk kepadanya.
Pada waktu Kerajaan Bone memerangi kerajaan-kerajaan yang tidak mau tunduk kepadanya, maka Bone meminta bantuan pada raja Letta. Permintaan itupun dipenuhi oleh Raja Letta dan dia sendiri berangkat ke Bone bersama beberapa orang pembesar kerajaannya. Mereka yang diketahui namanya berangkat ke Bone bersa ma ar ung Letta adalah Pua Kaliong dan P ua Kalobong (MappesonaE) dan lain-lainnya.
Atas keberhasilan Kerajaan Bone yang dibantu oleh Kerajaan Letta mengalahkan beberapa kerajaan yang tidak mau tunduk kepadanya, maka Kerajaan Letta diberi penghargaan berupa; Letta merdeka (bocco) atau diberi status "Bone dekat" (Bone macawe) di Sawitto.
Selain itu, Kerajaan Letta juga dipinjamkan seorang ulama yang bernama Tagbi dengan ketentuan bahwa bilamana suatu waktu, Kerajaan Bone memerlukan orang tersebut, maka Kerajaan Letta harus menyerahkan kembali ke Bone.
Pemberian status tersebut, menjadi pertentangan antara Pua Kaliong dan Pua Beteng (arung Letta) karena ia inginkan negerinya merdeka penuh (bocco), sedang Pua Kaliong inginkan Bone MacaweE.
Akibat adanya pertentangan antara keduanya, maka pada saat mereka kembali ke Kerajaan Letta, Pua Beteng (arung Letta) tidak terus ke Letta, tetapi beliau singgah menetap di Benteng dan Pua Kaliong meneruskan perjalanannya ke Letta dan memilih Kampung Tondo Bunga sebagai tempat menetapnya.
Kenyataan itu mengakibatkan Kerajaan Letta mengalami kevakuman pemerintahan sehingga Pua Kaliong diangkat menjadi raja menggantikan Pua Beteng, dan setelah menjadi arung Letta, ia juga terkenal dengan gelar Tallu Tombinna. Sementara itu, Tagbi yang telah diserahkan kepada Kerajaan Letta untuk memajukan agama Islam di daerah Letta dengan jalan dakwah, beliau juga merintis pendirian mesjid Tondo Bunga yang terkenal itu.
Demikianlah sehingga mesjid Tondo Bunga, Letta selesai dibangun oleh Thgbi bersama seluruh rakyat Tondo Bunga, Kerajaan Letta.
Sebelumnya... Sejarah Kerajaan Letta dan Tondo Bunga (3) - Arung Pinrang (arungsejarah.com)
Sumber: Rosdiana Hafid, (2012). Toponimi Daerah Pinrang Sebagai Sumber Sejarah. Makassar: La Macca.
****
Abduh, Muh. dkk., 7985. Sejarah Pulawanan Terhndap lmperialisme dan Kolonialisme di Sulnuesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Abduh, Muh. dkk., 7985. Ceritera Rakyat Sulawesi Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Asba, A.Rasyid.2010. Kerajaan Nepo: Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis, Di Kabupaten Barru. Jokyakarta: Ombak.
Asba,A.Rasyid. Gerakan Sosial di Tanah Bugis; Raja Tanete La Patau Menantang Belanda. Jokyakarta: Ombak.
Anonim, 1989. Selayang Pandang Kabupaten Pinrang. Pinrang: Pemda Tingkat II.
Cindy Adam. Bung Knrno,Penyambung Lidah Rakyat Indonesin. Jakarta: Jambatan
Danasasmita, Saleh, 1983-1984. Rintisan P enelusur an Masa Silam Sejarah lawa Barat, Bandung: Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemda Jawa Barat.
Gising, Basrah. 2002. Sejarah Kuajaan Tanete. Makassar: Samajaya.
Gonggrijp, G, 1949. Sejarah Sosial Ekonomi Hindia Belanda (terjemahan).
Harahap, Parada. 7952. Rangkaian Tanah Air Tornja. Bandung : W. Van Hoeve.
Hamid, Pananrangi. 1986. Dampak Modernisasi Terhndap Hubungan Kekerabatan Dnerah Sulawesi Selatan. Jakarta : Depdikbud.
Hamida, Sitti. 1996. Sejarah Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja.
Kartakusumah, Richardiana, 1990. Prasasti-Prasasti Galuh Pakuan di laut Barat Abad ke 14-16 Masehi. Naskah Seminar Galuh II. Bandung: Tasikmalaya.
Kobong, dkk. 1983. Filsafat Hidup Orang Toraja. Ujung Pandang : Institut Theologia Gereja Toraja.
Kila, Syahrir. 1997. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik lndonesia (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Kila, Syahrir. 7998. Sejarah Islam di Pinrang (Bunga Rampai Sejarah dan Budaya). Ujung Pandang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang.
Poelinggomang, Edward,L. 2005. Sejarah Tanete; Dari Agangnionjo Hingga Kabuputen Barru. Pemerintah Kabupaten Barru (laporan penelitian).
Poelinggomang, Edward, L. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Pemda Sulawesi Selatan kerjasama Balitbangda.
Rasyid, Darwas. 7995. Sejarah Daerah Kabupaten Bnrru. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Swastiwi, Anastasia Wiw ik. 2010. Toponimi Daerah Natuna. Tanjung Pinang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tiadisional.
Walinono, Hasan. Tanete; Suatu Studi Sosiologi Politik. Ujung Pandang : Disertasi Doktor pada Pasca-sarjana Universitas Hasanuddin.